Sangatta Lautan Tambang Batu Bara Indonesia
Perjalanan mengajari kita banyak hal, hal-hal yang kadang tidak kita dapat di tempat kita berdiam, hal-hal yang sama sekali tidak kita bayangkan, hal-hal yang bisa
jadi mengubah hidup kita. Perjalanan, merupakan bingkai kehidupan, pembelajaran sejati dari diri para traveler. Perjalanan kehidupan.
Ini perjalanan pertama saya menginjakkan kaki di Pulau Borneo, tepatnya tiga tahun lalu di bulan Juni 2011.
Oh ya, bukan untuk liburan atau mengunjungi sanak saudara.
Tapi saya akan berada di sini sekitar dua bulan, di sebuah kota yang bahkan mungkin masih jarang didengar oleh mayoritas orang. Kota itu bernama Sangatta. Saya bersama
teman saya apply di salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia untuk melakukan kerja praktek sebagai prasyarat mata kuliah. Dan sangat sayang sekali
kesempatan selama dua bulan di sana dilakukan hanya berkutat di kantor. Jadilah saya bersama teman satu kelompok merencanakan jelajah Sangatta dan sekitarnya.
Saya akan menceritakan tentang kota Sangatta yang terletak di Kalimantan Timur ini. Perjalanan kesana dimulai dari mendaratnya pesawat yang kami tumpangi di Bandara
Internasional Sepinggan Balikpapan.
Untuk perjalanan lanjutan ke sangatta biasa ditempuh menggunakan travel atau pesawat casa. Namun karena kami belum memiliki
fasilitas dari perusahaan tempat kami kerja praktek nanti jadilah kami melanjutkan perjalanan ke Sangatta menggunakan travel. Travel ini hendaknya sudah dipesan beberapa hari sebelum sampai di Balikpapan, untuk kontaknya bisa minta ke kerabat yang mungkin sudah pernah menggunakan travel Balikpapan-Sangatta. Karena memang medan yang akan dilalui adalah hutan yang lumayan panjang, jadi akan lebih baik jika menggunakan travel yang sudah terpercaya.
Perjalanan Balikpapan-Sangatta jika menggunakan travel bisa ditempuh antara 6-7 jam. Kita akan melalui beberapa kota di Kalimantan Timur yang sudah tak asing lagi didengar, yaitu Samarinda dan Bontang.
Di sangatta ini kita hanya akan menemukan satu angkutan umum yang ada di kota, selebihnya banyak bus perusahaan batu bara yang memang bertugas mengantar jemput para
karyawannya ataupun kendaraan pribadi. Di sana terdapat satu town hall, semacam alun-alun kota dengan beberapa toko souvenir dan food court. Sangatta kota yang sangat
tenang dan damai. Penduduknya kebanyakan pendatang dari luar Sangatta, bahkan kami menganggap “Kalimantan Rasa Jawa” karena saking seringnya ketemu orang jawa yang
kebetulan tinggal di sana.
Kota ini memiliki area tambang yang luas,tapi karena area tambang termasuk Obvitnas (Obyek Vital Nasional), jadilah hanya orang-orang
dengan tanda pengenal yang bisa bebas keluar masuk ke dalam areanya. Kami kebetulan ditempatkan di kantor paling luar alias paling dekat dengan gerbang masuk, jadi
biasanya kalau bus tak kunjung lewat kami berjalan kaki dari kos ke kantor.
Meskipun kota tambang, keindahan alamnya tidak bisa diabaikan untuk dinikmati. Karena Kalimantan memang terkenal dengan bukit tanpa gunungnya, jadi memang banyak
jalanan naik turun yang membentang di sana. Pada akhir pekan pertama kami libur, kami langsung merencanakan untuk mbolang. Berbekal sepeda motor pinjaman,
keingintahuan, dan keberanian kami memutuskan untuk mengunjungi bukit pelangi dan aquatic. Alhamdulillah karena memang jalan utamanya mudah diakses dan tidak
membingungkan, kami bisa sampai bukit pelangi untuk menikmati beberapa pemandangan menakjubkan. Tempat ini dinamakan bukit pelangi mungkin karena terletak di
bukit dan merupakan letak dari pusat pemerintahan kota Sangatta. Karena hari libur dan memang penduduknya tidak begitu banyak, jadilah kami bersepi ria di sana.
Setelah puas berkeliling ke bukit pelangi kami, kami memberanikan diri ke aquatic yang konon kabarnya cukup jauh dari tempat kami ngekos. Tapi karena sudah kepalang
basah, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan. Kembali melewati jalanan sepi nan berbukit, kami mencoba mengikuti intuisi dan beberapa penunjuk jalan ke
aquatic. Sempat bertanya juga ke beberapa petugas yang ada di pos-pos tertentu. Akhirnya setelah berapa lama kami tiba di pos awal pemeriksaan menuju aquatic. O iya,
aquatic ini merupakan pantai tempat berlabuhnya beberapa kapal yang mengangkut batu bara dari belt conveyor. Jadi sebenarnya sepanjang jalan tadi kami juga menemukan
beberapa jalur belt conveyor di atas kepala. Apa sih belt conveyor? Itu semacam alat pengangkut batu bara dari tempat produksinya ke kapal. Konon belt conveyor milik
perusahaan tambang yang terletak di Sangatta ini merupakan salah satu yang tercepat di dunia. Yak, kembali pada pos pemeriksaan, kami diminta untuk meninggalkan KTP
dan mendapat kartu tanda izin masuk ke aquatic.
Eits, setelah pos pemeriksaan pertama ternyata kami tidak langsung menemui pantainya. Kami harus kembali mengendarai sepeda motor sekitar 20 menit (jauh ya...). Di
perjalanan kami melewati perumahan karyawan bagian ‘petinggi’ perusahaan dan para expatriat. Selain itu kami juga berpapasan dengan truk pengangkut batu bara dan
monyet-monyet yang dibiarkan bebas di hutan kecil sepanjang perjalanan. Sesampainya di pantai ternyata kondisinya lumayan ramai dengan beberapa keluarga yang juga
sedang menikmati libur kantor. Yang sempet membuat kita rada ngeri adalah papan besar berwarnai kuning dan bergambar buaya. Papan itu merupakan papan tanda kita
harus hati-hati karena bisa saja ada buaya berkeliaran di sana, selain monyet yang saya ceritakan sebelumnya. Di aquatic kita bisa melihat kapal yang merapat untuk
menerima batu baru dari belt conveyor. Beberapa anak kecil bermain di air, selebihnya menikmati pemandangan laut.
Pada kesempatan lain di akhir pekan kami menentukan pilihan ke Teluk Lombok, letaknya lebih jauh dari aquatic dan masih kita tempuh dengan sepeda motor pinjaman.
Karena memang angkutan umum agak susah disana. Kembali lagi kami mengikuti intuisi dan petunjuk jalan serta tanya berkali-kali ke orang yang kami temui selama
perjalanan. Ternyata jalanannya lebih menantang dari sebelumnya, kali ini kami harus lebih banyak melewati jalan yang masih belum diaspal dan berdampingan dengan
pipa milik salah satu BUMN.
Selain belum diaspal tanah yang kami lalui berwarna merah dan sangat berdebu plus naik turun. Sempat mengurungkan niat karena tampaknya
jalan untuk menuju Teluk lombok lumayan jauh. Tapi lagi-lagi karena kami kepalang basah, jadilah kami meneruskan perjalanan.
Ternyata ketika sampai di Teluk Lombok ini kondisinya lebih sepi daripada Aquatic. Padahal memiliki garis pantai yang lebih panjang dan tempat yang lebih lega.
Mungkin karena jalanan untuk menuju kesana lumayan jauh dan susah jadi masih jarang yang berkunjung. Sesampainya di sana, ada teman yang sudah menunggu dan akhirnya
memutuskan untuk naik banana boat. Sempat nggak percaya di tempat terpencil dan masih sepi ini ada banana boat, tapi ternyata ada lhooo dan harganya jauh lebih murah
dari yang dulu sempat saya tumpangi di Bali.
Setelah naik banana boat, kami hanya sebentar menikmati pantainya dan memutuskan untuk segera pulang karena sudah lumayan
sore.
Ada lagi yang harus saya ceritakan dari Sangatta dan masih berhubungan dengan kerja praktek kami. Awalnya kami mengira kami hanya akan berada di kantor dan
mengerjakan tugas sesuai bidang kami, tapi ternyata untuk memahami proses bisnis yang ada di sana, kami di bawa ke tempat-tempat ajaib yang belum pernah kami
kunjungi dan bahkan orang umum juga tidak boleh sembarangan masuk. Ya, kami diberikan kesempatan untuk melakukan mine tour atau tur tambang alias muter-muter di
areal tambang yang luas banget. Butuh banyak prosedur sebelum masuk ke areal tambang pastinya. Diantaranya: wajib menggunakan sepatu karet, topi tambang, dan rompi
karyawan berwarna cerah selain menggunakan outfit sesuai ketentuan kita juga harus didampingi oleh sopir khusus area tambang plus menggunakan mobil yang khusus area
tambang. Mengapa?
Karena jalanan di area tambang bisa sewaktu-waktu berubah plus jika tidak menggunakan mobil dan bendera area tambang, bisa-bisa kita dilindas oleh
alat-alat tambang yang gedenya udah kayak robot-robot di transformer.
Begitu memasuki salah satu area tambang, auranya langsung beda. Gimana nggak beda, kita berada 100 meter di bawah permukaan laut. Terlihat lapisan-lapisan batu bara
dengan berbagai kualitas, kaya bener Indonesia jika sumber daya alam dikelola dengan baik. Kami sempat diberhentikan di salah satu tumpukan batu bara dan mengambil
sebongkah batu bara untuk dibawa pulang, sampai saat ini batu bara ini masih saya simpan lho. Ini tempat termasuk salah satu tempat ajaib dan mungkin nggak akan
pernah saya kunjungi seumur hidup. Selain mine tour di kawasan Sangatta, kami dibawa juga ke site di daerah Bengalon. Bisa ditempuh sekitar 2 jam menggunakan speed
boat atau 3-4 jam lewat jalur darat. Tak kalah luar biasanya, kami benar-benar merasa menemukan tempat ajaib lainnya setelah site yang ada di Sangatta.
Dari atas ada
semacam pos pengamatan, dari sana kami bisa melihat proses batubara utuh menjadi batubara siap kirim plus laut yang luas membentang.Tempat ajaib berikutnya adalah
tempat memasukkan batubara ke kapal. Kalau di aquatic kita hanya bisa melihat dari kejauhan, nah kita ternyata juga diajak untuk melihat langsung di samping kapal
yang sedang ngisi batu bara untuk diangkut ke tujuan masing-masing.
Sangatta kota yang nyaman dan damai, kota tambang batu bara yang kaya juga dengan pemandangan yang luar biasa. ‘Terdampar’ di sana selama hampir dua bulan membuat
saya semakin yakin bahwa Indonesia yang sangat luas ini memiliki kekayaan yang luar biasa jika dikelola dengan baik. Lagi-lagi perjalanan ini telah memberikan saya
banyak arti kehidupan, lebih dari sekedar menghabiskan SKS kuliah untuk kerja praktek atau berkeliling kota dengan bekal yang terbatas. Sangatta mengajarkan tentang
penghargaan, ketahanan, dan keberanian.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletesaya mau sewa bus ke sangata
ReplyDeletePagi
ReplyDeleteCarter travel banjar baru ke sangata bisa
ReplyDelete